Selasa, 29 November 2011

Sepatu Kaca Cinderella September 19, 2006

Posted by fauzan.sa in Uncategorized.
trackback
Tidak ada yang tidak tahu Cinderella. Cerita dongeng klasik yang selalu diperdengarkan dari masa ke masa. Puluhan film dibuat oleh produser yang berbeda, walaupun kadang versinya lain-lain. Tapi, intinya tetap sama. Kebaikan akan menang. Puteri Cinderella yang baik hati, akhirnya hidup bahagia selamanya. Benarkah begitu? Saya tidak setuju.
Cinderella memang cerita yang sederhana. Bahkan cenderung klise. Bagaimana tidak? Menurut saya, Cinderella itu mbahnya dongeng anak-anak. Bahkan ternyata, tidak hanya dongeng anak-anak. Cinderella adalah mbahnya telenovela dan sinetron-sinetron Indonesia. Anda nggak percaya? Coba perhatikan, berapa banyak cerita Latin dan Indonesia yang temanya mirip? Perempuan muda yang miskin, menderita, baik hati, dan tentu saja cantik, akhirnya hidup bahagia selamanya. Tentu saja setelah mengalahkan sang musuh besar yang jahat, yang ingin merebut kekasihnya. Bahkan, cerita-cerita (sok) Islami juga memakai tema ini. Tapi, apa definisi hidup bahagia menurut cerita-cerita itu? Ternyata hidup bahagia artinya punya uang banyak, kekuasaan yang besar, serta suami yang tampan dan baik hati. Itulah definisi hidup bahagia menurut Cinderella.
Nah, sekarang bagaimana anda bisa menilai cerita itu sebagai cerita yang baik? Cerita anak-anak yang layak untuk dinikmati? Jangan tertipu, ini adalah cerita perusak anak-anak yang paling terkenal! Jangan tertipu dengan kata-kata “baik”, karena ganjaran orang baik hanyalah materi. Cerita ini tidak mengajarkan menjadi orang baik, melainkan mengajarkan orang menjadi materialistis. Intinya, orang baik layak dapat harta yang banyak, kekuasaan yang besar, serta suami yang baik dan tampan. Ini adalah cerita yang mendidik anak-anak kita menjadi materialistis dan kapitalistis. Jadi, mulai sekarang, jauhkan anak-anak anda dari cerita Cinderella dan sejenisnya.
Tapi, ternyata tidak selamanya seperti itu. Jika cerita-cerita epigonnya sudah pasti mengajarkan hal yang buruk, tidak demikian dengan Cinderella itu sendiri. Ini bukan berarti kita kemudian membolehkan anak-anak untuk melihatnya, bukan begitu. Makna dari cerita ini agak dalam, jadi tidak mungkin anak-anak bisa melihat behind the story. Saya berpikir seperti itu gara-gara teman saya bercerita tentang meaning of meaning. Yah, sebuah karya sastra memang mempunyai meaning of meaning. Begitu pula dengan cerita ini. Tentu saja, meaning of meaning itu menurut penafsiran saya. Hehehe … .
Coba kita ingat kembali cerita ini. Apa kunci perubahan nasib Cinderella? Paling tidak, ada tiga hal yang membuatnya “hidup bahagia selamanya”. Pertama, peri. Peri yang entah darimana asalnya membuat Cinderella bisa datang ke pesta dansa. Yang kedua, tentu saja kecantikan Cinderella. Kalau dia tidak cantik, bagaimana pangeran bisa jatuh hati padanya dan mencari-carinya? Yang ketiga, pemujaan pangeran terhadap kecantikan, membuatnya mencari sang primadona pesta ke seluruh negeri. Ketika bertemu, dia tidak peduli Cinderella miskin, yang penting cantik. Jadi, tentang apa ini semua? Ini adalah tentang seorang wanita miskin yang berpikir uang adalah segala-galanya, dan tentang seorang pria kaya yang berpikir wanita cantik adalah segala-galanya. Kata-kata “baik” hanyalah tempelan.
Tapi, tentu saja semua itu sudah kita tahu. Namun ada hal istimewa dalam cerita ini, yaitu sepatu kaca. Karena sepatu kacalah, segala impian itu bisa terwujud. Karena sepatu kaca, segala penderitaan itu lenyap. Tapi, tidakkah anda melihat ada yang aneh di sini. Di antara segala sihir peri, hanya sepatu kaca yang tidak berubah. Pakaian Cinderella berubah menjadi rombeng. Kereta berubah menjadi labu. Kusir dan kuda berubah menjadi kadal dan tikus. Tapi, sepatu kaca Cinderella tidak berubah menjadi sepatu kain tambal-tambalan. Ini menyatakan, satu-satunya yang nyata dari seluruh ilusi sihir itu adalah sepatu kaca. Seolah-olah penyihir ingin menyatakan, sihirku hanya sebatas sepatu kaca. Nah, itulah makna sebenarnya dari cerita Cinderella.
Tahukah anda seperti apa sepatu kaca? Pernah memakai sepatu kaca? Bagaimana mungkin, ketika dikatakan, sepatu kacanya tertinggal ketika Cinderella berlari, tapi tidak pecah? Bagaimana mungkin, ketika Cinderella berdansa dengan pangeran sepatu itu tidak pecah. Itu kaca lho. Pake hak tinggi lagi. Memangnya Cinderella seringan bulu? Itulah arti cerita ini. Segala hal yang bersifat materi, hanyalah serapuh sepatu kaca. Anda berpijak padanya, tentu saja akan pecah. Tapi, sepatu kaca yang tidak pecah hanya ada di dalam cerita Cinderella. Materi yang bisa membuat seseorang hidup bahagia selamanya, hanyalah Cinderella. Jangan gantungkan hidup anda pada materi, karena semuanya itu sangat rapuh. Saya pikir, inilah yang selama ini ingin disampaikan pengarangnya. Bukan pangerannya, bukan perinya, tapi sepatu kaca. Janganlah hidup memakai sepatu kaca. Janganlah hidup hanya mementingkan hal-hal duniawi saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar